Sebagai salah satu
negara berkembang di dunia, Indonesia menaruh harapan besar akan peran
bidang pendidikan. Melalui pendidikan, diharapkan muncul generasi-generasi
penerus bangsa yang unggul. Sehingga nantinya, mereka lah yang akan membawa
negeri ini menuju kehidupan yang lebih baik. Sekilas nampaknya tujuan di atas
sederhana, tetapi sesungguhnya sangatlah kompleks, apalagi jika berkaitan
dengan masalah-masalah yang seringkali muncul dalam penerapannya sendiri. Di
antaranya adalah, polemik yang menyertai pelaksanaan UN, masih belum meratanya
jumlah guru, fasilitas, dan kualitas pendidikan terutama di daerah terpencil,
biaya pendidikan yang semakin mahal, serta aksi anarkis di kalangan anak
sekolah yang masih saja bermunculan di Indonesia. Melihat sekilas kondisi
pendidikan di Indonesia, tidaklah heran jika kualitas pendidikan di Indonesia
masih kalah jika dibandingkan dengan sesama negara-negara Asia Tenggara lainnya
seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Pada tahun 2010 saja Indonesia hanya
menduduki peringkat 108 dari 169 negara. Bisa dibilang sedikit banyak hal
tersebut disebabkan adanya permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia
itu sendiri.
Masalah yang pertama adalah seputar
pelaksanaan UN. Dengan tujuan meningkatkan kualitas lulusan, UN dilaksanakan.
Namun, ternyata dalam penerapannnya, UN masih mempunyai kekurangan yang apabila
tidak disikapi dengan benar dan bijak, justru akan menjadi bumerang bagi anak
didik itu sendiri. Kita pasti sudah mendengar berita tentang sekolah di mana
siswanya diperbolehkan untuk mencontek dengan tujuan agar nilai UN nya lulus.
Ada juga seorang siswa yang dikucilkan, hanya karena keberatan memberikan
contekan pada saat UN. UN yang seharusnya menjadi ajang untuk menguji kemampuan
diri, telah berubah menjadi ajang contek-mencontek. Suatu ironi yang harus
segera dihapus, karena memperbolehkan apalagi mengajari siswa mencontek, sama
dengan membohongi dan membodohi siswa. Apalah artinya nilai tinggi, jika
sebenarnya itu bukanlah hasil jerih payah mereka sendiri. Belum lagi jika
melihat fakta bahwa pada awalnya nilai hasil UN dijadikan sebagai persyaratan
mutlak kelulusan siswa. Siswa yang tidak lulus UN, berarti ia tidak lulus
sekolah meskipun ia mempunyai nilai akademik harian dan prestasi yang bagus.
Kita pasti pernah mendengar tentang anak berprestasi yang tidak lulus sekolah
karena tidak lulus UN. Selanjutnya, jika kita lihat lebih jauh lagi, soal UN
sama. Pertanyaannya sekarang adalah, apakah setiap anak mempelajari materi
sehari-hari yang sama?. Permasalahannya adalah jika apa yang mereka pelajari
selama ini terdapat perbedaan, meskipun secara umum sama. Inilah yang
menjadikan kendala UN yang lain. Namun, seiring dengan berjalannya waktu,
muncul kebijakan lain yang menyatakan bahwa nilai rapor siswa juga dijadikan
sebagai syarat kelulusan.
Permasalahan berikutnya adalah
keterbatasan jumlah guru di daerah terpencil. Sedikit banyak, gambaran
pendidikan dalam film Laskar Pelangi tampaknya masih menjadi teman akrab dunia
pendidikan Indonesia. Pada zaman yang sudah maju dan modern seperti sekarang,
jangan terkejut apabila kita menemui sebuah sekolah yang hanya diajar oleh
satu, dua orang guru saja. Tidak hanya itu, kompetensi guru di sana pun
kemudian menjadi satu keterkaitan dengan keadaan tersebut. Belum lagi
membicarakan tentang fasilitas pendidikan yang masih kurang di sana. Hal
tersebut berdampak pada materi yang diajarkan tidak dapat tersampaikan secara
maksimal kepada siswa. Tidak jarang pula para siswa di sana harus menempuh
jarak berpuluh-puluh kilo meter untuk bersekolah. Belum lagi medan sulit yang
harus mereka lalui yang terkadang membahayakan nyawa mereka. Jadi jangan heran
apabila kemampuan kebanyakan siswa di sana dalam menguasai mata pelajaran
kurang apabila dibandingkan dengan kemampuan siswa yang bersekolah di daerah
yang sudah maju. Meskipun sebenarnya kecerdasan mereka sama seperti anak
lainnya. Namun, yang mengagumkan adalah semangat mereka yang tidak pernah surut
untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan mewujudkan cita-cita mereka. Yang
unik adalah beberapa daerah tersebut sesungguhnya memiliki potensi sumber daya
alam yang sangat kaya, jadi sungguh suatu ironi jika melihat kondisi pendidikan
yang seperti itu.
Selanjutnya adalah biaya pendidikan yang
semakin hari semakin mahal. Jadi tidak heran apabila masih banyak anak yang
putus sekolah. Pada saat Pemilu, kita pasti sudah tidak asing lagi dengan janji
para calon untuk membangun atmosfer pendidikan yang kondusif, misalnya dengan
sekolah murah atau bahkan gratis. Sebenarnya sah-sah saja melakukan hal
tersebut, namun pengaplikasiannya pun harus sesegera mungkin. Lagipula,
sebaiknya politik dan pendidikan tidak dicampur. Dengan kata lain, jangan
sampai pendidikan ditunggangi kepentingan politik. Sebenarnya pemerintah telah
menyediakan BOS bagi para siswa SD hingga SMP, namun dalam penerapannya,
terdapat beberapa masalah yang menyertai, seperti misalnya penyelewengan dana
BOS, sehingga dana BOS belum bisa dinikmati secara maksimal oleh siswa.
Munculnya UU BHP juga ditengarai semakin menegaskan akan biaya pendidikan yang
semakin mahal, namun pada akhirnya UU BHP pun dibatalkan oleh MK pada tahun
2010. Meskipun begitu, tetap saja sebagian kalangan menengah ke bawah terkena
dampak dari semakin mahalnya biaya pendidikan. Banyak di antara mereka yang
putus sekolah.
Masalah selanjutnya adalah masih maraknya
aksi anarkisme. Sebut saja, tawuran, bullying, pengeroyokan, pencurian, dan
lain sebagainya, yang ironisnya beberapa pelakunya adalah teman sendiri. Untuk
itulah sangat diperlukan pendidikan karakter untuk menjadi pribadi yang
mempunyai tanggung jawab moral dan peranan positif di masyarakat, mengingat
bahwa salah satu sifat dasar manusia adalah sebagai makhluk sosial. Beberapa
tahun yang lalu, terdapat mata pelajaran P4 yang antara lain mengandung tentang
muatan Pancasila yang memang dibahas secara intens, namun seiring dengan
pergantian pemerintahan, maka mata pelajaran tersebut pun dihapus. Padahal hal
itu sangat penting untuk membentuk karakter anak bangsa.
Sebenarnya, bukanlah perkara sulit atau
mudah, namun ada tidaknya keinginan dari pihak terkait untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan tersebut. Dalam hal ini adalah pemerintah dan
tentunya seluruh masyarakat Indonesia, karena pendidikan merupakan hal yang
sangat esensial, jadi diperlukan suatu upaya maksimal dalam menangani
masalah-masalah yang terjadi terkait dengan pendidikan itu sendiri.
Peran
sebagai Mahasiswa
Dari permasalahan yang telah
diungkapkan di atas, maka, hal yang dilakukan sebabagai seorang mahasiswa
sangat berperan sekali dalam masalah pendidikan indonesia yang terjadi terutama
di negara Indonesia. sebagai mahasiswa,
masalah pendidikan yang terjadi di Negara Indonesia sangat penting
sekali dalam membangun dunia pendidikan yang lebih maju, berpotensi, dan menjadikan
salah satu negara Indonesia berkembang dalam dunia pendidikan.
Salah satu peran sebagai
seorang mahasiswa dalam dunia pendidikan di Negara Indonesia yaitu,
·
Sebagai seorang mahasiswa sebaiknya ikut andil dalam
kegiatan yang berbentuk sosial dalam mendukung dunia pendidikan yang lebih
maju.
·
Mahasiswa seharusnya saling bekerja sama antara satu
sama lain dalam permasalahan dunia pendidikan untuk memecahkan masalah
tersebut.
·
Mengadakan sebuah kegiatan, seperti, membangun sebuah
tempat belajar untuk anak-anak yang tidak mampu.
·
Mendukung secara penuh dalam menjalankan program
pemerintah untuk anak-anak yang kurang mampu melanjutkan sosial.
Dengan
demikian masalah pendidikan yang terjadi di Indonesia bisa terselesaikan dengan
saling bekerja sama antara satu sama lain demi menciptkan Negara Indonesia yang
lebih maju dalam dunia pendidikan.
Solusi Mengatasi Permasalahan Pendidikan
Ada
beberapa cara yang dapat menjadi solusi bagi masalah-masalah di atas yakni
sebagai berikut.
Pertama, dalam mengatasi polemik UN, ada
beberapa hal yang harus dilakukan. Kita seharusnya menyadari bahwa di samping
kekurangan-kekurangannya, pelaksanaan UN memiliki sisi positif. Di antaranya
adalah mendorong siswa untuk lebih belajar giat, karena mereka akan termotivasi
oleh standar kelulusan UN yang telah ditetapkan. Apalagi batas kelulusan
tersebut semakin meningkat setiap tahunnya, maka siswa pun dituntut untuk
belajar semakin giat. Untuk meraih kesuksesan dalam pelaksanaan UN,
sesungguhnya bukan hanya seberapa tinggi nilai UN siswa, namun seberapa
jujurkah mereka dalam menjalani UN. Tanpa kejujuran dan kerja keras dari
berbagai pihak, maka mustahil pelaksanaan UN dapat berhasil. Selain itu,
sebaiknya guru tidak hanya terpaku pada pemberian materi guna mempersiapkan UN
itu sendiri, namun juga memberikan dorongan melalui motivasi dan pikiran
positif, sehingga meskipun siswa dituntut untuk lulus, beban psikologis mereka
sedikit berkurang dengan dukungan yang mereka dapatkan.
Kedua, solusi untuk masalah pendidikan di
daerah terpencil misalnya dengan turut menyukseskan program pemerataan
pendidikan yang digagas oleh pemerintah berpuluh-puluh tahun lalu, dan
seharusnya ditindaklanjuti dengan memberikan sumbangan baik moril maupun materil.
Contohnya, di daerah terpencil yang kaya akan tambang. Sebaiknya, perusahaan
tambang yang beroperasi di wilayah tersebut turut memperkerjakan masyarakat
setempat dengan layak, sehingga kesejahteraan masyarakat sekitar juga turut
meningkat. Hal ini berimbas pada kemampuan mereka dalam mendapatkan pendidikan
yang layak bagi anak-anaknya. Selain itu, perlu adanya kerja sama antara
masyarakat, pemerintah, dan swasta dalam membangun fasilitas pendidikan yang
memadai, misalnya gedung sekolah, dan fasilitas lainnya demi menunjang kegiatan
belajar mengajar di sana. Apabila fasilitas dan akses sudah memadai, penyebaran
tenaga guru pun dapat lebih mudah dilakukan. Singkat kata, pemerataan
pendidikan dengan segala aspeknya menjadi harga mati jika ingin setiap anak
mempunyai kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan yang lebih baik.
Selain itu kesejahteraan guru juga patut untuk diperhatikan. Kita pasti
sudah mendengar tentang berita seorang guru yang terpaksa harus menjadi
pemulung atau tukang ojek untuk menyambung kehidupannya karena gajinya yang tidak
seberapa. Apabila kesejahteraan mereka sudah tercukupi, mereka tidak perlu
melakukan hal tersebut. Pelaksanaan sertifikasi bisa dijadikan solusi. Selain
itu, guru yang bertugas di daerah terpencil pun diberi tambahan tunjangan.
Sebaiknya bukan hanya kesejahteraan guru yang menjadi PNS saja yang harus
diperhatikan, tapi juga guru swasta.
Adapun solusi untuk mengatasi biaya
pendidikan sekolah yang semakin mahal yaitu juga dengan melibatkan semua pihak
untuk saling bekerja sama. Kerja sama ini dapat diwujudkan misalnya dengan
melalui pemberian beasiswa kepada mahasiswa berprestasi dan tidak mampu,
mendirikan sekolah gratis yang khusus menyaring siswa tidak mampu ataupun
mendirikan lembaga lain misalnya rumah singgah, sekolah alam, dsb.
Selanjutnya, yang juga harus diperhatikan
adalah pengawasan penggunaan dana BOS. Dalam hal ini, sangat diperlukan peranan
komite sekolah. Apabila penggunaan dana BOS transparan, maka kemungkinan
penyelewengannya pun kecil, sehingga semakin banyak pula dana yang bisa
dimanfaatkan untuk membiayai pendidikan mereka yang membutuhkan. Sehingga
paling tidak tujuan wajib belajar 9 tahun pun tercapai.
Begitu pula dalam menyukseskan pendidikan
karakter pun sangat dibutuhkan kesadaran dan kerja sama dari berbagai pihak.
Sebenarnya, pendidikan karakter tidak hanya bisa dilakukan di sekolah saja,
justru lingkungan keluarga lah yang menjadi tempat pertama untuk menerapkan
pendidikan karakter mereka, dan dimulai dengan hal-hal yang sebetulnya
sederhana. Misalnya, membiasakan mencium tangan Ayah dan Ibu sebelum pergi ke
sekolah, menghormati yang lebih tua, menyayangi keluarga, dan lain sebagainya.
Selain itu, cinta tanah air juga harus ditanamkan pada diri anak sejak dini.
Apabila hal tersebut dapat dilakukan dengan baik dengan penuh keasadaran, maka
anak-anak bangsa dapat tumbuh menjadi generasi penerus yang tidak hanya cerdas,
namun juga bermartabat, dan berakhlak mulia.
Apabila semua pihak menyadari dan turut
berperan serta dalam pendidikan bangsa ini, maka harapan untuk menjadikan
pendidikan di negeri ini lebih baik pun semakin terbuka lebar. Karena
sesungguhnya pendidikan adalah hak setiap anak bangsa untuk mewujudkan negeri
yang sejahtera, hari ini, esok, dan selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar